Senin, 11 Agustus 2014

PERKOSAAN TELLER BANK



Citra Rosa adalah seorang gadis 22 tahun yang bekerja di sebuah bank swasta
di kota Sby. Ia tinggal di rumah kos bersama seorang rekan wanitanya, Ita, yang juga bekerja di bank yang sama walaupun pada cabang yang berbeda. Ia memiliki tubuh yang kencang.
Wajahnya cukup manis dengan bibir yang penuh, yang selalu dipoles dengan lipstik warna terang. Tentu saja sebagai seorang teller di bank penampilannya harus selalu dijaga. Ia selalu tampil manis dan harum. berikut awal cerita pemerkosaan itu.Suatu hari di sore hari Citra terkejut melihat kantornya telah gelap. Berarti pintu telah dikunci oleh Harrimand dan Roland, satpam mereka.
Dia tadi pergi ke WC terlebih dulu sebelum akan pulang. Mungkin mereka mengira ia sudah pulang. Baru saja ia akan menggedor pintu, biasanya para satpam duduk di pintu luar. Ada kabar para satpam di kantor bank tersebut akan diberhentikan karena pengurangan karyawan, Citra merasa kasihan tapi tak bisa berbuat apa-apa. Seingatnya ada kurang lebih 6 orang satpam disana. Berarti banyak juga korban PHK kali ini.
“Mau kemana Citra?”, tiba-tiba seseorang menegurnya dari kegelapan meja teller.
Citra terkejut, ada Harrimand dan Roland. Mereka menyeringai.
“Eh Pak, kok sudah dikunci? Aku mau pulang dulu..”, Citra menyapa mereka berdua yang mendekatinya.
“Citra, kami bakal diberhentikan besok..”, Harrimand berkata.
“Iya Pak, aku juga nggak bisa apa apa..”, Citra menjawab.
Di luar hujan mulai turun.
“Kalau begitu.. kami minta kenang-kenangan saja Mbak”, tiba-tiba Roland yang lebih muda menjawab sambil menatapnya tajam.
“I.., iya.., besok aku belikan kenang-kenangan..”, Citra menjawab.
Tiba-tiba ia merasa gugup dan cemas. Harrimand mencekal lengan Citra. Sebelum Citra tersadar, kedua tangannya telah dicekal ke belakang oleh mereka.
“Aah! Jangan Pak!”.
Roland menarik blus warna ungu milik Citra. Gadis itu terkejut dan tersentak ketika kancing blusnya berhamburan. “Sekarang aja Citra. Kenang-kenangan untuk seumur hidup!”.
Harrimand menyeringai melihat Roland merobek kaos dalam katun Citra yang berwarna putih berenda. Citra berusaha meronta. Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra hitam berendanya mencuat keluar.
“Jangannnn! Lepaskannn!”, Citra berusaha meronta.
Hujan turun dengan derasnya. Roland sekarang berusaha menurunkan celana panjang ungu Citra. Kedua lelaki itu sudah sejak lama memperhatikan Citra. Gadis yang mereka tahu tubuhnya sangat kencang dan sintal. Diam-diam mereka sering mengintipnya ketika ke kamar mandi. Saat ini mereka sudah tak tahan lagi. Citra menyepak Roland dengan keras.
“Eit, melawan juga si Mbak ini..”, Roland hanya menyeringai.
Citra di seret ke meja Head Teller. Dengan sekali kibas semua peralatan di meja itu berhamburan bersih.
“Aahh! Jangan Pak! Jangannn!”, Citra mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu.
Sementara kedua tangannya terus dicekal Harrimand, Roland sekarang lebih leluasa menurunkan celana panjang ungu Citra. Sepatunya terlepas.
Diperlakukan seperti itu, Citra juga mulai merasa terangsang. Ia dapat merasakan angin dingin menerpa kulit pahanya. Menunjukkan celananya telah terlepas jatuh. Citra lemas. Hal ini menguntungkan kedua penyiksanya. Dengan mudah mereka menanggalkan blus dan celana panjang ungu Citra. Citra mengenakan setelan pakaian dalam berenda warna hitam yang mini dan sexy. Mulailah pemerkosaan itu. Pantat Citra yang kencang mulai ditepuk oleh Harrimand bertubi-tubi, “Plak! Plak!”.
Tubuh Citra memang kencang menggairahkan. Payudaranya besar dan kencang. Seluruh tubuhnya pejal kenyal. Dalam keadaan menungging di meja seperti ini ia tampak sangat menggairahkan. Roland menjambak rambut Citra sehingga dapat melihat wajahnya. Bibirnya yang penuh berlipstik merah menyala membentuk huruf O. Matanya basah, air mata mengalir di pipinya.
“Sret!”, Citra tersentak ketika celana dalamnya telah ditarik robek.
Menyusul branya ditarik dengan kasar. Citra benar-benar merasa terhina. Ia dibiarkan hanya dengan mengenakan stocking sewarna dengan kulitnya. Sementara penis Harrimand yang besar dan keras mulai melesak di vaginanya.
“Ouuhh! Adduhh..!”, Citra merintih.
Seperti anjing, Harrimand mulai menyodok nyodok Citra dari belakang. Sementara tangannya meremas-remas dadanya yang kencang. Citra hanya mampu menangis tak berdaya.
Tiba-tiba Roland mengangkat wajahnya, kemudian menyodorkan penisnya yang keras panjang. Memaksa Citra membuka mulutnya. Citra memegang pinggiran meja menahan rasa ngilu di selangkangannya sementara Roland memperkosa mulutnya. Meja itu berderit derit mengikuti sentakan-sentakan tubuh mereka. Harrimand mendesak dari belakang, Roland menyodok dari depan. Bibir Citra yang penuh itu terbuka lebar-lebar menampung kemaluan Roland yang terus keluar masuk di mulutnya. Tiba-tiba Harrimand mencabut kemaluannya dan menarik Citra.
“Ampuunnn…, hentikan Pak..”, Citra menangis tersengal-sengal.
Harrimand duduk di atas sofa tamu. Kemudian dengan dibantu Roland, Citra dinaikkan ke pangkuannya, berhadapan dengan pahanya yang terbuka.
“Slebb!”, kemaluan Harrimand kembali masuk ke vagina Citra yang sudah basah.
Citra menggelinjang ngilu, melenguh dan merintih. Harrimand kembali memeluk Citra sambil memaksa melumat bibirnya. Kemudian mulai mengaduk aduk vagina gadis itu. Citra masih tersengal-sengal melayani serangan mulut Harrimand ketika dirasakannya sesuatu yang keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. Roland mulai memaksa menyodominya.
“Nghhmmm..! Nghh! Jahannaammm…!”, Citra berusaha meronta, tapi tak berdaya.
Harrimand terus melumat mulutnya. Sementara Roland memperkosa anusnya. Citra lemas tak berdaya sementara kedua lubang di tubuhnya disodok bergantian. Payudaranya diremas dari depan maupun belakang. Tubuhnya yang basah oleh peluh semakin membuat dirinya tampak erotis dan merangsang. Juga rintihannya. Tiba-tiba gerakan kedua pemerkosanya yang semakin cepat dan dalam mendadak berhenti. Citra ditelentangkan dengan tergesa kemudian Harrimand menyodokkan kemaluannya ke mulut gadis itu. Citra gelagapan ketika Harrimand mengocok mulutnya kemudian mendadak kepala Citra dipegang erat dan…
“Crrrt! Crrrt!”, cairan sperma Harrimand muncrat ke dalam mulutnya, bertubi-tubi.
Citra merasa akan muntah. Tapi Harrimand terus menekan hidung Citra hingga ia terpaksa menelan cairan kental itu. Harrimand terus memainkan batang kemaluannya di mulut Citra hingga bersih. Citra tersengal sengal berusaha menelan semua cairan lengket yang masih tersisa di langit-langit mulutnya.
Mendadak Roland ikut memasukkan batang kemaluannya ke mulut Citra. Kembali mulut gadis itu diperkosa. Citra terlalu lemah untuk berontak. Ia pasrah hingga kembali cairan sperma mengisi mulutnya. Masuk ke tenggorokannya. Citra menangis sesengggukan. Roland memakai celana dalam Citra untuk membersihkan sisa spermanya.
“Wah.. bener-bener kenangan indah, Yuk..”, ujar Harrimand sambil membuka pintu belakang.
Tak lama kemudian 3 orang satpam lain masuk.
“Ayo, sekarang giliran kalian!”, Citra terkejut melihat ke-3 satpam bertubuh kekar itu.
Ia akan diperkosa bergiliran semalaman. Celakanya, ia sudah pamit dengan teman sekamarnya Ita, bahwa ia tak pulang malam ini karena harus ke rumah saudaranya hingga tentu tak akan ada yang mencarinya.
Citra ditarik ke tengah lobby bank itu. Dikelilingi 6 orang lelaki kekar yang sudah membuka pakaiannya masing-masing hingga Citra dapat melihat batang kemaluan mereka yang telah mengeras.
“Ayo Citra, kulum punyaku!”, Citra yang hanya mengenakan stocking itu dipaksa mengoral mereka bergiliran.
Tubuhnya tiba-tiba di buat dalam keadaan seperti merangkak. Dan sesuatu yang keras mulai melesak paksa di lubang anusnya.
“Akhh…, mmmhhh.., mhhh…”, Citra menangis tak berdaya.
Sementara mulutnya dijejali batang kemaluan, anusnya disodok-sodok dengan kasar. Pinggulnya yang kencang dicengkeram.
“Akkkghhh! Isep teruss…!, Ayooo”.
Satpam yang tengah menyetubuhi mulutnya mengerang ketika cairan spermanya muncrat mengisi mulut Citra. Gadis itu gelagapan menelannya hingga habis. Kepalanya dipegangi dengan sangat erat. Dan lelaki lain langsung menyodokkan batang kemaluannya menggantikan rekannya. Citra dipaksa menelan sperma semua satpam itu bergiliran. Mereka juga bergiliran menyodomi dan memperkosa semua lubang di tubuh Citra bergiliran.
Tubuh Citra yang sintal itu basah berbanjir peluh dan sperma. Stockingnya telah penuh noda-noda sperma kering. Akhirnya Citra ditelentangkan di sofa, kemudian para satpam itu bergiliran mengocok kemaluan mereka di wajahnya, sesekali mereka memasukkannya ke mulut Citra dan mengocoknya disana, hingga secara bergiliran sperma mereka muncrat di seluruh wajah Citra.
Ketika telah selesai Citra telentang dan tersengal-sengal lemas. Tubuh dan wajahnya belepotan cairan sperma, keringat dan air matanya sendiri. Citra pingsan. Tapi para satpam itu ternyata belum puas.
“Belum pagi nih”, ujar salah seorang dari satpam itu.
“Iya, aku masih belum puas…”.
Akhirnya muncul ide mereka yang lain.
Tubuh telanjang Citra diikat erat. Kemudian mereka membawanya ke belakang kantornya. Bagian belakang bank itu memang masih sepi dan banyak semak belukar. Citra yang masih dalam keadaan lemas diletakkan begitu saja di sebuah pondok tua tempat para pemuda berkumpul saat malam. Hujan telah berhenti tetapi udara masih begitu dinginnya. Mulut Citra disumpal dengan celana dalamnya. Ketika malam semakin larut baru Citra tersadar. Ia tersentak menyadari tubuhnya masih dalam keadaan telanjang bulat dan terikat tak berdaya. Ia benar-benar merasa dilecehkan karena stockingnya masih terpasang.
Tiba-tiba saja terdengar suara beberapa laki-laki. Dan mereka terkejut ketika masuk.
“Wah! Ada hadiah nih!”, aroma alkohol kental keluar dari mulut mereka.
Citra berusaha meronta ketika mereka mulai menggerayangi tubuh sintal telanjangnya. Tapi ia tak berdaya. Ada 8 orang yang datang. Mereka segera menyalakan lampu listrik yang remang-remang. Tubuh Citra mulai dijadikan bulan-bulanan. Citra hanya bisa menangis pasrah dan merintih tertahan.
Ia ditunggingkan di atas lantai bambu kemudian para lelaki itu bergiliran memperkosanya. Semua lubang di tubuhnya secara bergiliran dan bersamaan disodok-sodok dengan sangat kasar. Kembali Citra bermandi sperma. Mereka menyemprotkannya di punggung, di pantat, dada dan wajahnya. Setiap kali akan pingsan, seseorang akan menampar wajahnya hingga ia kembali tersadar.
“Ini kan teller di bank depan?”
Mereka tertawa-tawa sambil terus memperkosa Citra dengan berbagai posisi. Citra yang masih terikat dan terbungkam hanya dapat pasrah menuruti perlakuan mereka. Cairan berwarna putih dan merah kekuningan mengalir dari lubang pantat dan vaginanya yang telah memerah akibat dipaksa menerima begitu banyak batang penis. Ketika seseorang sedang sibuk menyodominya, Citra tak tahan lagi dan akhirnya pingsan. Entah sudah berapa kali para pemabuk itu menyemprotkan sperma mereka ke seluruh tubuh Citra sebelum akhirnya meninggalkannya begitu saja setelah mereka puas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar